Rudal Iran Hujani Tel Aviv, Israel: “Kami Masih Berdiri!”

Eramuslim.com – Saat Iran membombardir Tel Aviv dengan rudal sebagai respons atas serangan Israel terhadap fasilitas militer dan nuklir Iran, pesawat kepresidenan Israel, Wing of Zion, diketahui meninggalkan Israel pada Jumat pagi, 13 Juni 2025. Pesawat tersebut merupakan transportasi resmi yang digunakan oleh PM Benjamin Netanyahu dan Presiden Isaac Herzog untuk perjalanan kenegaraan.

Menurut laporan The Jerusalem Post, pesawat itu lepas landas dari Bandara Ben-Gurion menuju Athena, Yunani, di tengah kekhawatiran akan balasan Iran terhadap Operasi Rising Lion, serangan udara yang diluncurkan Israel sebelumnya. Hal ini bukan pertama kalinya Wing of Zion meninggalkan Israel dalam situasi krisis: pada April 2024, pesawat ini juga sempat dialihkan saat Iran menyerang wilayah Israel.

Kesepakatan militer antara Yunani dan Israel memungkinkan pesawat kepresidenan masing-masing untuk “mengungsi” ke bandara militer negara mitra jika situasi darurat terjadi.

Sementara itu, Iran meluncurkan ratusan rudal balistik sebagai aksi balasan dan menyatakan bahwa serangan ini adalah tanggapan terhadap aksi brutal rezim Zionis. Namun, militer Israel mengklaim hanya menerima sedikit dampak, menyebut bahwa sebagian besar rudal berhasil diintersepsi—beberapa bahkan hanya menyebabkan kerusakan akibat puing.

Amerika Serikat dan negara-negara regional lainnya dikabarkan membantu sistem pertahanan udara Israel selama serangan berlangsung.

Ketika warganya harus berlindung di bunker, Netanyahu malah terbang ke Athena. Sikap ini menunjukkan sebuah pola: pemimpin yang menciptakan konflik, tetapi tak siap menanggung resikonya. Dalam setiap eskalasi, rakyatlah yang diminta “bertahan”, sementara elit politik mempersiapkan pelarian.

Mentalitas Netanyahu adalah mental pemicu, bukan pelindung. Ia memulai serangan, lalu ketika balasan datang, justru mundur dari garis depan. Ini bukan sikap seorang pemimpin negarawan, melainkan seorang oportunis yang memprioritaskan citra dan keselamatan pribadinya.

Menurut laporan Reuters, Iran meluncurkan serangan ke dua kota utama Israel, yakni Yerusalem dan Tel Aviv. Serangan itu menyebabkan 12 orang mengalami luka kritis, 8 luka sedang, dan 34 lainnya luka ringan akibat pecahan peluru. Rudal-rudal Iran terlihat melintasi langit Tel Aviv, dan militer Iran mengonfirmasi telah meluncurkan dua gelombang serangan (salvo).

Pihak militer Israel mengklaim bahwa sekitar 100 rudal ditembakkan oleh Iran, dengan sebagian besar berhasil dihadang sistem pertahanan udara. Amerika Serikat turut mengintervensi, dengan menyatakan bahwa pasukannya ikut membantu menembak jatuh proyektil Iran.

Dilaporkan oleh Al Jazeera, serangan itu menyebabkan ledakan besar di Tel Aviv, dengan asap tebal membumbung di atas kota. Meski begitu, pemerintah Israel menanggapi serangan ini dengan nada mengejek.

Dalam sebuah unggahan video di platform X (sebelumnya Twitter), juru bicara militer Israel Avichay Adraee menyindir Iran dan sekutunya di kawasan, sambil menegaskan bahwa “Israel tetap berdiri meski dihujani rudal.”

Sumber: CNBC Indonesia, Eye on Palestine, dan Tempo.co

Beri Komentar